News

KONSER ‘NUANSA’ DWIKI DHARMAWAN PENUH DENGAN NUANSA

Begitulah kesan yang nampak dari penampilan Dwiki Dharmawan Quartet di Teater Utan Kayu (TUK), Jumat (05/04) malam lalu. Kelompok quartet yang terdiri dari Dwiki Dharmawan(keyboard dan synthesizer), Arief Setiadi(saksofon), Indro Hardjodikoro(bass) dan Budi Haryono(drum) ini menghibur sekitar 100-an penonton yang hadir, sebagian diantaranya terpaksa duduk lesehan karena ruangan yang sempit.

Seperti diketahui, Dwiki Dharmawan, bulan februari lalu merilis album solonya, “Nuansa” lewat label Sony Music Indonesia. Konsernya kali ini dalam rangka mendukung album tersebut sekaligus upayanya menciptakan kelompok kecil untuk mengekplorasi musiknya lebih dalam selain tentu saja bersama Krakatau.

Dibuka dengan ‘Satu tahun’ Dwiki seolah-olah ingin mengenang konser yang juga dilakukannya tahun lalu di tempat yang sama. Kala itu ia tampil bersama Budi Winarto(saksofon), Wong Aksan(drum), Adhe Rudiana(kendang & perkusi) dan Adhi Dharmawan(bass).

Dilanjutkan dengan ‘Tongkat’, tiba-tiba nuansa ‘world music’ menyeruak. Kesan itu nampak karena I.G. Kompyang Raka ikut memainkan instrumen khas Bali dan Yoyon Dharsono yang memainkan alat musik khas Bumi Parahyangan. Kesan kegetiran menyusul dalam sebuah nomor ‘Lara TKW’ yang menceritakan perjuangan seorang TKI asal Lombok yang mencari rejeki di negeri timur tengah. Yang kemudian dirangkai dengan ‘Purnama’ yang menjadi satu-satunya lagu yang diambil dari albumnya “Nuansa”. Lagu yang terinspirasi saat bulan purnama ini disajikan dengan cantik dan apik. Penjiwaan yang dilakukan Dwiki membuat lagu – yang menurutnya- sederhana ini bernuansa romantis.

Konser lalu dilanjutkan dengan sebuah karya milik I.G. Kompyang Raka berjudul ‘Singa Padu Swing’ yang dirangkai ‘Beluk Jazz’, dimana Yoyon menyanyikan sebuah kidung.

Dwiki lantas bercerita tentang kolaborasinya dengan Victoria Philharmonic Orchestra saat menggarap album “Cinta Rasul” bersama Hadad Alwi. Karena sang penyanyi kebetulan hadir, maka didaulatlah sehingga ada nuansa religius yang tampil dari lagu yang dibawakan penyanyi asal Solo ini lewat I’tiraf. Sayang, ada gangguan pada keyboard sehingga kesan yang diciptakan agak buyar.

Menyusul kemudian ‘Root Funk’. Anda tentu sudah bisa menebak kira-kira bagaimana gaya dari lagu tersebut. Menariknya ada warna bebunyian Sunda yang kental dalam lagu ini. Kolaborasi yang manis antara Indro Hardjodikoro, Budhy Haryono dan Yoyon Dharsono, menciptakan nuansa yang berbeda dari nomor-nomor sebelummya.

Konser lantas ditutup dengan sebuah lagu yang masih tak ada judulnya dan ‘Passion Dance’. dr. Iwang Gumiwang yang kebetulan hadir diantara penonton lantas didaulat untuk nge-‘jam’ bareng. Ketika masing-masing personil menunjukan kemampuan solonya, tiba-tiba keyboard yang digunakan Dwiki ngadat. Walhasil sementara penyebabnya masih dicari, Iwang, Budy dan Kompyang Raka lantas memainkan drum, djembe dan kendang bersahut-sahutan. Asyik memang.

Demikianlah Dwiki Dharmawan. Harus diakui bahwa penampilannya kini makin matang. Dan kabarnya usai album “Nuansa” ini, ia tengah menggodok album kedua. Selain itu ia juga sedang menggarap kelompok lintas negara. Musisi dari Jerman, Australia dan India akan menjadi pendukung kelompok tersebut. Kelak mereka akan tampil keliling dibeberapa negara.

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker