Festival

Jazz kemul sarung diatas awan bakal hadirkan Sujiwo Tejo & Bintang Indrianto

jazz-atas-awan-posterBassis Bintang Indrianto, Taufan Siswadi (drum)  dan Imam Garmansyah (keyboard) akan tampil dalam grup Sujiwo Tejo & friends dalam pergelaran Jazz Atas Awan yang akan kembali digelar di Dataran Tinggi Dieng 31 Juli 2015. Sujiwo Tejo sendiri diminta memainkan trumpet.

Budhi Hermanto, penggagas Jazz Atas Awan menjelaskan pada Senin, 27 Juli 2015 bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari Festival Budaya Dieng Ke-6.

Selain Sujiwo Tejo, ada beberapa kelompok lain. “Ada tujuh performer ditampilkan yaitu Absurdnation, Hajarbleh Big Band, Batavicada, The Lounge, Cadenza, dan Jammers Instrumental”.

Menurut Budhi, sebenarnya ada 48 grup band dari berbagai komunitas musik jazz di Indonesia yang berminat ikut meramaikan pertunjukan itu. Namun, karena hanya mampu menyediakan satu panggung, panitia memutuskan hanya menampilkan tujuh penampil itu. Pementasan Jazz Atas Awan tahun ini merupakan kali ketiga.

Budhi berjanji tahun depan akan mempersiapkan minimal tiga panggung pertunjukan, agar banyak musikus jazz ikut memeriahkan pergelaran Jazz Atas Awan – Nama yang dipilih untuk mencerminkan kondisi di lapangan. Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah kerap disebut negeri di atas awan.

Daerah tersebut memiliki rata-rata tinggi permukaan tanah di ketinggian 2.200 mdpl. Diibaratkan perkampungan di Dieng berada di atas awan, jangan kaget kalau di sana suhu bisa mencapai minus di bawah nol derajat saat puncak musim kemarau.

***

Menurut Sujiwo Tejo, yang akan ikut memeriahkan pergelaran musik jazz di tengah suhu 4 derajat Celcius itu, sesuai dengan namanya, Jazz Atas Awan adalah pergelaran nglangut, yaitu ada yang tiada. Ritme, melodi dan lainnya akan hilang. “Sesuai dengan namanya, Jazz Atas Awan bukan musik yang napak bumi. Ia adalah jenis jazz yang mengantar moksanya para Pandawa, anak-anak Pandu,” ucap, Sujiwo yang juga dikenal sebagai dalang.

Menurut Nanda Goeltom, pentolan Absurdnation, Jazz Atas Awan bukan sekadar pergelaran berbasis musik jazz. “Jazz Atas Awan adalah cara-cara kami, cara-cara kita mempersembahkan apa yang kami miliki, kepada nenek moyang, mendendangkan harmoni sebagai bentuk kekaguman atas karya Sang Khalik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Nanda menyatakan berkesenian melalui jazz adalah pengolah rasa. Ia berharap eksplorasi terhadap “rasa” ini terus menjadi pondasi Jazz Atas Awan.

Festival Budaya Dieng rutin diselenggarakan tiap tahun untuk mencukur anak berambut gimbal, yang hanya ada di dataran tinggi Dieng. Diperkirakan, 150 ribu wisatawan akan mengunjungi festival itu. Semua penginapan sudah habis dipesan sejak dua bulan lalu.

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker