NewsProfile

Maylaffayza – Violis Dengan Semangat Liberatti

ugm-bni-jazz-20090646Salah satu nama pemain violin muda tanah air yang saat ini menarik perhatian adalah Maylaffayza. Cantik dan seksi. Itu kesan secara fisik yang ditampilkan Fayza, begitu Maylaffayza Permata Fitri Wiguna akrab disapa. Namun dibalik itu, ia adalah pemain viola yang perfeksionis. Stephane Grapelli, Regina Carter, Miri Ben Ari adalah sederet maestro inspirasinya. Dibawah bimbingan Idris Sardi, legenda violis tanah air, Fayza mengembangkan pilihan alat musik spesialisasinya itu.

Putri pasangan Taufiq Wijaya dan Tuti Rohyati ini mulai memainkan violin sejak usia sembilan tahun. Sang ibu memasukkan Fayza kursus violin di Bina Musika milik Depdikbud. Setahun kemudian ia mulai belajar kepada Idris Sardi. Proses belajar kepada Idris Sardi diakui Fayza terus berlanjut sampai sekarang.

Dalam perjalan karir musikalnya, violis kelahiran 10 Juli 1976 ini tidak hanya main violin tetapi juga menyanyi. Ini Fayza tunjukkan di album perdana yang dirilis tahun 2007 lalu. Album dengan judul namanya sendiri itu diproduksi secara independen. Fayza berperan sebagai eksektif produser (bersama Yahya Chatab), produser dan music director, penulis vocal song dan lirik. Ia dibantu Bobby Surjadi dalam mengarasir musik. Di album itu, Fayza merekam hampir semua violin tracks di apartemennya. Lebih total lagi, sarjana lulusan design produksi Universitas Trisakti Jakarta ini menggarap sendiri art work concept album itu.

Fayza ingin memperkenalkan biola bukan instrumen yang kaku dan dapat dimainkan dengan rileks. Pilihannya adalah pada genre Crossover pop. Ia membuat kontain album Maylaffayza dalam dua bagian. Lima pertama adalah violin tracks yang berisi nomor-nomor instrumental. Lima sisanya vokal tracks yang menampung obsesinya bermain violin sambil bernyanyi (dengan terispirasi oleh Michael Jackson, Beyonce, Britney Spears, Alicia Keys, sampai Justine Timberlike). Untuk komposisi-komposisi violin, ia percayakan olahannya kepada sang mentor, Idris Sardi.

Dalam liner note, Fayza menyebutkan albumnya adalah sebuah liberatti. Semangat dari sebuah kebebasan dalam berkarya. Aplikasinya adalah ia membebaskan pemikirannya saat menulis lagu dengan tidak terikat dalam sekat-sekat kultur, genre, kepercayaan, dan norma. Tentunya ini bukan kebebasan semena-mena, tapi kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan untuk keluar dari standard, untuk menciptakan inovasi. “…My music, has grown stronger by accepting and combining all of the differences…” tulisnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker