News

Tampil tunggal, Jubing berikan kursus kilat di LocaFore 2013

Jubing Kristianto - LocaFore 2013 (Foto: Thomas Y. Anggoro/WartaJazz)
Jubing Kristianto – LocaFore 2013 (Foto: Thomas Y. Anggoro/WartaJazz)

Nama Jubing Kristianto tidaklah terdengar asing di dunia persilatan gitar di tanah air, khususnya gitar klasik. Selain piawai bergitar, ia pun seorang pengaransir yang terbilang prolifik untuk sajian gitar tunggal. Walaupun terlatih secara disiplin musik klasik, namun repertoar Jubing cukup luas mulai dari lagu anak-anak, tradisional, pop dan genre lainnya. Karya Jubing yang representatif dapat disimak dalam album Becak Fantasy, Hujan Fantasy dan Delman Fantasy (2007-2009).

Di gelaran LocaFore 2013, Jubing tampil dua kali pada hari Sabtu dan Minggu sore. Panggung Amphitheater tampak dipenuhi hadirin lintas usia, anak-anak sampai dewasa yang antusias untuk menyaksikan atraksi Jubing. Ia bermain sangat rapi dan atraktif yang didukung oleh tata suara optimal. Bunyi  gitarnya terdengar jernih, renyah serta mendetil sehingga nyaman di telinga.

Selain menyuguhkan aransemen buatannya, Jubing pula berikan penjelasan soal keistimewaan instrumen jagoannya itu. Gitar, menurutnya adalah alat musik yang komplit untuk menyalurkan ide-ide musikal. Di samping itu, Jubing mendemonstrasikan tentang konsep ritme secara sederhana mengenai nilai ketukan yang kemudian teraplikasi pada sejumlah nomor seperti “Bintang Kecil,” “Es Lilin,” serta efek perkusif atas “Yamko Rambe Yamko.”

Karena tampil di sebuah festival jazz, tidaklah lengkap apabila Jubing tidak menyertakan elemen jazz dalam permainannya. Meskipun bukan sesuatu yang straight-ahead dengan olah improvisasi total, tetapi penampilan Jubing patut mendapat apresiasi saat ia suguhkan nomor ragtime “The Entertainer” milik Scott Joplin, “Burung Kakatua” berikut goyang latin “Moliendo Café” yang lebih dikenal versi dangdutnya, “Kopi Dangdut.”

Jubing di hari ketiga LocaFore 2013 (Foto: Rangga/WartaJazz)
Jubing di hari ketiga LocaFore 2013 (Foto: Rangga/WartaJazz)

Menurut Jubing, bermain di festival seperti LocaFore merupakan kesempatan yang berharga. “Saya bisa menjalin kedekatan dengan bermacam-macam audiens yang menonton di arena terbuka, pengalaman yang jauh berbeda ketimbang tampil di gedung konser yang tertutup,” ujar Jubing. Ia menambahkan, “dengan manggung di festival seperti ini saya juga dapat memperkenalkan seni bermain gitar tunggal kepada audiens secara luas,” imbuhnya.

Antusiasme penonton ditunjukkan pula selepas konser, ketika mereka berduyun-duyun memburu CD yang dibawa Jubing. “Usai manggung saya membuka lapak, 30 keping CD yang saya bawa habis terjual,” pungkasnya.

 

 

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker