News

Paul Motian, drummer lintas jaman, wafat di usia 80 tahun

“I’m an accompanist. It’s my sort of thing to make the other people sound good, as good as they can be.”
– Paul Motian

Paul Motian
Paul Motian

Terlahir Stephen Paul Motian di Philadelphia, Pennsylvania 25 Maret 1931, drummer veteran Paul Motian menghembuskan nafas terakhirnya Selasa dini hari, 22 November 2011 di New York City, Amerika Serikat. Seperti halnya saksofonis Michael Brecker (1949-2007), Paul meninggal oleh komplikasi myelodysplastic syndrome, suatu penyakit kelainan sel darah dan sumsum tulang.

Berdarah Armenia, bentang karir Paul dalam perkembangan jazz meliputi penampilan bersama Coleman Hawkins, Lennie Tristano, Thelonious Monk, Lee Konitz, pula Keith Jarrett. Namun titik tolaknya adalah waktu ia tergabung dalam trio Bill Evans, bersama sang pianis dan Scott LaFaro serta Chuck Israels pada kontrabas. Paul merevolusi format [piano] trio, dengan menegaskan bahwa seksi ritme drum dan kontrabas sejajar dengan piano, alih-alih hanya sebagai pengiring belaka.

Paul Motian (foto oleh Jimmy Katz)
Paul Motian (foto oleh Jimmy Katz)

Hampir sepuluh tahun berkarir dengan Keith Jarret, Paul berperan juga sebagai bandleader, terdapat di album debut Conception Vessel (ECM Records, 1972), mendapuk Keith pula kontrabasis Charlie Haden sebagai sideman. “Paul ialah pemain drum yang baik sebab dirinya paham komposisi,” terang Keith. “Drummer yang baik adalah ketika mereka mengerti soal ritme. Paul memiliki kecintaan mendalam atas lagu,” imbuhnya.

Kolaborator lainnya adalah saksofonis Joe Lovano dan penggitar Bill Frisell. Bersama Paul, mereka menghasilkan banyak rekaman yang idiosinkratik. Ketiganya berkongsi sejak awal 1980-an hingga album Time and Time Again (ECM Records, 2007).

Tentang kolega sekaligus mentornya itu, Bill berkata, “Paul adalah seorang musisi sejati, ia mengajarkan saya banyak hal, menunjukkan jalan, pula memperlihatkan hal yang tak terbayangkan, mengajak saya ke berbagai tempat dengan pesona keindahan yang luar biasa. Sebuah anugerah untuk mengenal dirinya.” Sedangkan menurut Joe, “Permainan drum Paul begitu unik, ketukan dan frasenya melampaui deskripsi apapun. Sentuhan lewat sound-nya tiada banding dan sangat personal.”

Paul Motian punya kontribusi signifikan dalam bagaimana bermain drum jazz, terutama untuk menghadirkan pukulan-pukulan dengan ritme elastis, ketimbang sebagai “penjaga” ketukan secara ketat dan kaku. Sesama drummer Jack DeJohnette berkisah,”Uniknya, Paul seringkali terdengar seperti orang yang tak mengerti bermain drum, sangat un-drumistic namun begitu musikal. Paul layaknya seorang pelukis, ia adalah seorang pemahat bunyi,” tuturnya.

Walaupun ia memutuskan untuk berhenti tur setelah memasuki usia 70-an, Paul tetap berkarya dan konser. Segala aktifitas dijalani hanya di seputar New York City dan paling sering di Village Vanguard. Album terakhir Paul berjudul The Windmills of Your Mind (Winter & Winter Records, 2011) bersama kawan lama Bill Frisell (gitar), kontrabasis Thomas Morgan, menyertakan pula lantunan vokal dari Petra Haden yang adalah puteri Charlie Haden. Simak resensinya di sini.

Rest in peace, Paul…

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker