Review

Komunitas Jazz Kemayoran – Compilation Chapter One

Ikhtiar Kolektif Penampung Aspirasi Pegiat Jazz Ibukota

Peguyuban jazz yang satu ini sebetulnya telah diresmikan sejak April 2004 silam, namun sekurangnya enam tahun berselang barulah sebuah album perdana terluncur. Bagaimanapun, ini adalah berita menggembirakan baik untuk para kontributor maupun publik yang sudah lama menanti album ini.

Disematkannya nama Komunitas Jazz Kemayoran (KJK) bukanlah atas dasar eksklusifitas. Namun sebaliknya, perkumpulan itu sangatlah inklusif. Terlihat dari beragam aktivitas yang sering diadakan; mulai dari ngobrol jazz bareng, jam session, hingga konser terbuka. “Kemayoran” hanyalah sebuah lokasi, dimana salah satu dedengkotnya, Beben Supandi Mulyana alias Beben Jazz bermukim. Pada prakteknya, tiap acara KJK kerap disambangi oleh para aktivis jazz dari berbagai penjuru, tidak hanya Kemayoran saja.

Mencermati album pertama KJK ini tampak bahwa sebagian besar partisipan adalah kawula muda, dengan musik yang relatif mudah dicerna dan beat yang akrab di telinga pendengar awam. Compilation Chapter One berisi 10 trek mewakilkan tiap figur yang biasa terlibat dalam beragam perhelatan KJK.

1. 416 – Above the Sky
Trek pertama “Above the Sky” dari 416 diawali dengan intro permainan bas elektrik yang sekilas terasa seperti “Rio Funk” milik Lee Ritenour. Geliat fusion pada permulaan lagu kemudian beralih menjadi irama jazz latin dengan hentakan perkusi Afro-Cuban sebagai petunjuk. Lead gitar berkarakter renyah ikut ambil bagian dalam lagu ini.

2. Ensemble d’Etudiant – A Life Without You
Band dengan personil Adek Oxa (vokal), Robert Julius (piano), Adriansyah (bas), dan Areza Riandra (drum) ini nampaknya ingin mengusung musik jazz manis ala Norah Jones, dan pada “A Life Without You” vokal Adek terdengar pas dengan iringan yang mengalun lembut.

3. Zarro – La La Laya
Mohammad Nizar adalah nama aslinya, penyanyi merangkap gitaris ini punya ciri khas sekaligus menunjukkan rasa bangga akan budaya tanah kelahirannya. Ia kerap menyanyikan lirik lagu-lagunya dalam bahasa Kaili, salah satu bahasa daerah Sulawesi Tengah. Uniknya, bahasa itu mirip dengan dialek Portugis. “La La Laya” dinyanyikan dalam bahasa Kaili dan ternyata kompatibel dengan alunan bossa nova khas Zarro.

4. Laconiek – Kamu
Lirik romantis dalam balutan ballad dapat disimak pada “Kamu”. Sekilas tema awalnya seperti lagu “They Can’t Take That Away From Me” dari Gershwin bersaudara. Tambah manis dengan selipan saksofon tenor.

5. Sketsa – Alexa
Irama funky bergaya akustik ditampilkan secara jelas oleh kedua gitaris yang salah satunya adalah pendiri band ini, Gerald Situmorang, dan Dimas Wibisana. Tensi permainan semakin menanjak lewat gebukan drum penuh hentak.

6. Beben Jazz – Satu Yang Pasti
Selepas angkat kaki dari Dewi-Dewi bentukan Dhani Ahmad, Carolina Agustine Kamarie yang akrab disapa Ina, kembali ke pelukan jazz. Simak lagu yang dinyanyikan tandem dengan suaminya yang juga pentolan KJK, Beben Jazz. Tembang ini diayunkan dalam beat swing dan vokal keduanya terasa mellow.

7. Soultrain – Where Do We Go From Here?
Smooth jazz berpadu dengan soul tercetus ketika menyimak nomor dari Soultrain ini. Liriknya didendangkan penuh penjiwaan. Terselip scat singing yang unison dengan jentikan gitar ala George Benson di dalamnya.

8. Earth – Don’t You Dare
Intinya adalah “ancaman” supaya sang pacar tidak berpaling, dengan cara yang sedikit manja. Disuarakan lewat duet vokal girlish Tania dan vokal boyish seorang pria yang menimpalinya, terdengar pula hembusan muted trumpet mengisi kekosongan. Tak dapat disangkal, lagu ini identik dengan “Doop-Doo-De-Doop” (A Doodlin’ Song) kepunyaan Blossom Dearie dari segi progresi kord maupun melodinya.

9. Zinnia – One Night in Jakarta
Grup vokal beranggotakan Aries (tenor), Giovanni (bariton), Shinta (sopran), dan Sarma (alto) turut memberikan kontribusi pada album ini. “One Night in Jakarta” mencerminkan suasana akhir pekan sarat kemeriahan. Harmonisasi vokal keempatnya cukup menghibur, dengan iringan musik yang mampu menggoyangkan badan. Namun akan lebih baik lagi, jika performa tiap vokalis terutama pada nada-nada panjang, dimaksimalkan.

10. Vodka – Song For My Love
Nama band ini mengambil ilham dari sifat minuman khas Rusia yang “membakar”, setidaknya hasrat itulah yang ingin disampaikan mereka lewat musiknya. Mendengar permainan mereka pada lagu ini jelas bahwa akarnya adalah fusion. Terasa pula aroma jazz latin lewat tepukan instrumen perkusi dan liukan saksofon alto. Terlepas dari itu semua, menu utamanya adalah sajian solo gitar yang mampu menarik perhatian.

Compilation Chapter One merupakan langkah awal yang cukup menyejukkan buat KJK. Paling tidak, album ini dapat menunjukkan eksistensi mereka dalam panggung jazz di tanah air. Semoga berlanjut dengan kompilasi jilid kedua dan seterusnya. Bravo KJK!

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker