News

Batik Jazz di Java Jazz Festival 2014, Melestarikan Batik Lewat Musik Jazz

Sukarman, pemilik Sidji Batik bersama musisi jazz Dwiki Dharmawan, melestarikan batik lewat musik jazz (photo by Ari Kuriawati)
Sukarman, pemilik Sidji Batik bersama musisi jazz Dwiki Dharmawan, melestarikan batik lewat musik jazz (photo by Ari Kurniawati)

Jika anda mengamati penyelenggaraan Java Jazz Festival 2014 kali ini, ada nuansa berbeda yang diusung oleh penyelenggara yakni  batik dan wayang. Sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap tema ini, Sidji Batik bekerjasama dengan Kreavi Production membuat sebuah kontes desain batik yang mengusung nuansa jazz. Ada sepuluh desain batik yang terpilih dan  kemudian dilelang. Seperti diceritakan Sukarman, pemilik Sidji Batik, lelang ini sendiri dimaksudkan untuk pelestarian batik. Hasil lelang yang bernilai Rp 113.600.000 itu rencananya akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan 10 perajin batik lokal yang memiliki dedikasi tinggi terhadap kekayaan warisan budaya bangsa ini. Menurut Sukarman, hasil lelang akan diwujudkan dalam pembuatan rumah dan diharapkan akan mendorong mereka untuk terus berkarya. Langkahnya ini merupakan wujud semangatnya untuk terus berbagi dengan sesama.

Hal ini rupanya diamini oleh musisi jazz Indonesia yang juga brand ambassador Sidji Batik, Dwiki Dharmawan. Ia menambahkan bahwa apa yang dilakukan sekarang ini merupakan bentuk motivasi agar masyarakat lebih mengenal batik dan mau melestarikannya sehingga mampu menggali potensi ekonomi dari warisan nenek moyang ini. Dalam edisi kesepuluh Java Jazz Festival 2014 kali ini, ia mengenakan baju-baju batik dari Sidji Batik saat tampil di panggung. Seperti yang terlihat saat ia bersama Sruti Respati manggung membawakan etnik jazz di hall Semeru dihari pertama. Dwiki yang kala itu bermain bersama Israel Varela, M Sa’atsyah, dan Ade Rudiana mengenakan batik yang dirancang khusus untuk acara ini. Bahkan dalam peluncuran album terbarunya Collaborating Harmony, ia mengenakan baju batik dari Sidji Batik yang dirancang khusu untuk acara yang digelar di Plaza FX, Senayan beberapa waktu lalu.

Saxophonist Michael Paulo, ikut serta menjadi "duta" batik lewat musik jazz (photo by Ari Kurniawati)
Saxophonist Michael Paulo, ikut serta menjadi “duta” batik lewat musik jazz (photo by Ari Kurniawati)

Langkah pentolan Krakatau Band ini pun ternyata diikuti oleh Michael Paulo. Saxophonist asal Hawaii yang delapan tahun terakhir kerap bertandang ke Indonesia itu pun membeli batik di booth Sidji Batik dan mengenakannya pada ketika naik panggung. Saat ia bermain bersama Rick Braun dihari terakhir penyelenggaraan Java Jazz Festival, ia mengenakan baju batik dengan motif saxophone yang pipa lengannya digulung ke atas sehingga terkesan santai. Begitupun saat ia menemani Jonathan Butler dihari kedua.

Sidji Batik sendiri menyajikan karya-karya perajin batik lokal yang tersebar di beberapa wilayah di Yogyakarta, seperti Bantul. Konsep satu desain satu kain ini menjadi salah satu ciri khas Sidji Batik yang berdiri sejak 2011. Untuk event tahunan yang bertempat di JIEXPO Kemayoran ini, Karman menyuguhkan eksklusifisme yakni satu desain dalam satu kain.  Tentu saja desain yang ditampilkan dalam gerainya bernuansa jazz dengan warna-warna cerah sehingga mengesankan bahwa batik tidak lagi terkesan kaku. Tampaknya, Sukarman bersma Sidji Batik-nya benar-benar memanfaatkan momen ini untuk mengenalkan batik ke dunia internasional. Semangat Java Jazz yang iingin membawa dunia internasional ke Indonesia rupanya dimanfaatkan betul oleh pria kelahiran Yogyakarta 2 Juli 1981 tersebut untuk mengenalkan batik tulis ke dunia internasional. (Wartajazz/Ari Kurniawati)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker