Review

Dwiki Dharmawan – World Peace Orchestra

Berbekal rekam jejak sebelumnya, kita bisa mengira-ngira preferensi seorang Dwiki Dharmawan untuk album barunya “World Peace Orchestra” (WPO). Tebakan kita kurang lebih adalah hadirnya warna tradisi. Lebih dari sekedar kegandrungan, musik tradisi (yang kemudian berpucuk di generalisasi world music) telah lama dijalani Dwiki sebagai misi yang berimplikasi serius. Menelusur sedikit ke belakang, pakem baru Krakatau di wilayah ini terlihat pada 1994 dengan Trie Utami melantunkan “Mystical Mist” disusul klip “Barala Duit” (2000) di jaringan televisi swasta sebagai konfirmasi. Sempat terdengar pula ia ikut mengubek-ngubek musik batu di Nias bersama Rizaldi Siagian dan Hikayat Manaö yang kemudian dipertunjukkan secara luas pada konser Megalitikum Kuantum (2005). Di lain waktu (2007) ia terlibat intens dalam “Meukondroe” bersama Rafly, seniman Aceh. Apabila bergeser sedikit saja dari wilayah garapan semacam Krakatau, maka porsi WPO lebih ke musik Barat. Porsi yang cukup lama absen sejak album solo “Nuansa” (2002). Tambahan isi WPO adalah tur membawa pesan perdamaian dengan cukup ambisius melibatkan musisi lima benua.

Jika harus menunjuk pilihan, rasanya urutan repertoar konser peluncuran WPO di GKJ (17/06/’09) bisa menjadi referensi playlist. Kredit harus kita berikan kepada Dewa Budjana untuk petikan gitar soprannya yang meditatif dan menjadikan “Island of God” tuturan yang bergema. Gema ini disambut intuisi solo Dwiki pada bridge yang sejuk, mengalir, jatuh menitik ikuti denyut perkusi yang renggang. Kidung Bali dan tiupan flute Andrew Oh menggenapi resolusi transedental nomer ini.

Menyusul pada daftar adalah “Paris Barantai” yang lebih rancak dan gempita. Head baru, dalam permainan minor kompak, khusus diciptakan untuk mengawal melodi lagu Kalimantan ini, menyertai modifikasi cantik ritmenya. Di nomer ini terlihat bahwa Dwiki giat juga mengeksplorasi vocoder, suatu detil lain (saat live bisa kita coba cari mikrofon yang diumpankan ke unit VP-550 misalnya) di luar hand keyboard yang disandang ataupun moog dan melodica. Mendiang Roger Burn yang besolo vibrafon pada nomer ini adalah kontak Dwiki yang kemudian memunculkan partisipasi bassist Jimmy Haslip (produser Burn di kelompok Shapes) serta kibordis Russel Ferrante untuk WPO.

Jimmy Haslip memproduseri “Clarissa”, yang juga merupakan nomer dedikasi Dwiki pada Haslip (dalam nama samaran), bahwa tidak semua orang beruntung dan ada yang harus bergantung pada orang lain sepanjang hidupnya. Dapat kita simak Tollak Ollestad (pentolan Shapes yang lain) mengisi harmonika dalam liuk sendu berpasangan dengan saksofonis Andy Suzuki.

Lagu rakyat berbahasa Flores dibawakan Ivan Nestorman dalam “Benggang Benggong”, “IE”, dan “Ana Ritin Teo” yang bernuansa pesisir sekaligus berwarna Afrika dalam sensibilitas musik Barat. Sementara itu yang betul-betul mewakili jati diri fusi-tradisi-jazz WPO adalah “Janger” (Bali). WPO yang dirilis Omega Pacific Production (dengan eksekutif produser Gita Wirjawan) ini memang bertabur bintang tamu. “Arafura” yang sering menjadi pilihan live Dwiki misalnya diisi spesialis sweep Frank Gambale (electric guitar). Gitaris akustik Marc Antoine juga muncul selain nama Guy Strazzullo (Australia) yang pernah mengisi album “Nuansa”.

1. The Spirit Of Peace
2. Benggong Banggong
3. IE (Sydney version)
4. Janger
5. Numfor
6. Paris Barantai
7. Island of God
8. Ana Ritin Teo
9. Arafura
10. Clarissa
11. Jazz for Freeport
12. IE (LA version)

Musisi:

Jimmy Haslip (bass), Russel Ferrante (keyboard), Walfredo Reyes Jr. (drums), Kamal Musallam (gitar), Steve Thornton (perkusi), Lewis Pragasm (drums), Michael Paulo (saksofon), Tollak Ollestad (harmonica), Andy Suzuki (saksofon/clarinet/flute), Guy Strazz (gitar), Rodrigo Galvao (perkusi), Hugh Fraser (bas), Andrew Oh (flute), Indro Hardjodikoro (bas), Sandy Winarta (drum), Zainal Arifin (perkusi), Korem Sihombing (taganing), Yoyon Darsono (beluk), Marc Antoine (gitar akustik), China Philharmonic Orchestra, Rich Breen (Sound Engineer) Ivan Nestorman (vokal), Dira.J.Sugandi (vokal), Peni Candrarini (sinden)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker