Review

Sarimanouk Quartet – Sarimanouk

Sarimanouk Quartet - Sarimanouk
Sarimanouk Quartet - Sarimanouk

Artist : Sarimanouk Quartet
Album : Sarimanouk
Label : Demajors

Ekspedisi Musikal Empat Musisi

Tercetusnya nama “Sarimanouk” atas grup ini nampaknya memiliki alasan historis sekaligus geografis. Bagaimana tidak, menurut sejarah, “Sarimanok” adalah sebuah bahtera yang digunakan oleh para pelaut Bali ketika mengarungi samudera ke tanah Madagaskar pada abad ke-1 Masehi. Berdasarkan mitologi Bali, “Sarimanok” merupakan nama sejenis burung yang dikeramatkan. Bukanlah suatu kebetulan bahwa Sarimanouk Quartet terdiri dari tiga musikus Indonesia dan seorang musisi Madagaskar. Berangkat dari orakel yang sama tentang kekinian, akhirnya kuartet ini terbentuk.

Grup ini digawangi oleh empat musisi belia; peniup saksofon dari Madagaskar, Ramiandriosa Faralahiherivolannirina Andrianolazaina alias Talafaral, Julian Abraham Marantika (piano), Yudo Nugroho Doni Sundjojo (kontrabas), dan Sandy Winarta(drum). Sarimanouk adalah album pertama mereka, berisi delapan buah trek bergaya jazz modern sarat improvisasi konseptual yang digarap secara khusyuk.

Nomor pembuka “Getting There” nampak seperti sebuah overture menjelaskan ekspedisi musikal mereka. Intro berupa pengolahan tema yang dimainkan unison pada piano dan kontrabass kemudian berpadu solo saksofon dan drum, membawa ingatan tentang kejayaan Miles Davis maupun John Coltranedi era awal 1960-an. Kejutan terjadi ketika ritme yang ajek pada awalnya, berubah menjadi eksplorasi modus whole-tones ecara sinkopasi. Menjelang menit ketiga (komposisi ini berdurasi hampir sebelas menit!), pendengar yang jeli pastilah akan teringat kepada “Acknowledgement” dari album A Love Supreme milik John Coltrane. Julian pun mulai menggila lewat kelincahan jemarinya menggerayangi bilah-bilah piano. Lagu ini ditutup dengan kembali ke modus whole-tonesecara serempak.

Faral tak ketinggalan untuk beraksi, tiupan saksofon sopranonya sungguh maut pada “Time for Change”, sementara Doni melanjutkan dengan solo kontrabas pendingin suasana. Aura ballad dapat dirasakan sewaktu mendengar “Meno’s Mood” dan “Reunion 5” yang cenderung meditatif. Irama groovy turut disajikan dalam pembuka “Reunion 3”, beat rampak yang mengalir semakin menggoda pendengarnya untuk bergoyang. Sekilas, nomor tadi mengisyaratkan acuan terhadap album My Song dari Keith Jarrett dan Jan Garbarek. Kuartet ini tampil rileks tatkala menampilkan “Green House” yang dicirikan dengan hembusan saksofon melodius.

Akurasi dan ledakan energi yang mengagumkan dan berapi-api ditunjukkan oleh Sandy lewat gebukan drum ekstra cepat dalam “Request”, lagu dengan tempo tercepat di album ini. Ketiga personil lainnya pun ikut memamerkan skill yang terlatih baik secara bergiliran tanpa canggung. Sarimanouk diakhiri dengan “Little Bossa” yang dikemas dalam balutan bossa nova, memberi kesan manis dan melegakan.

Secara keseluruhan, album ini begitu menarik untuk disimak, tiap lagu dimainkan dengan ekspresif serta berwawasan modern namun tetap berpegang pada tradisi jazz. Terlebih lagi, keempatnya adalah musisi muda dengan performa sangat mumpuni sehingga musik yang mereka buat terasa segar.

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker