Review

W/H/A/T Quartet – No Words

Deru Jazz Straight-Ahead Sarat Kekinian

1. Diundang
2. Spyros the Dragon
3. Say W/H/A/T
4. 12 Another
5. Minor Blues
6. Get Well Soon
7. Hollow Hartland

W/H/A/T Quartet - No Words
W/H/A/T Quartet - No Words

Seorang komposer/pengarang/kritikus musik/ilustrator Jerman E.T.A. Hoffmann (1776-1822) sempat berujar, “Wo die Sprache aufhört, fängt die Musik an.” (Saat kata-kata beranjak pergi, [maka dari itu] musik hadir). Sebuah proposisi untuk menegaskan bahwa musik dapat menakwilkan apa yang tak sanggup tergambar oleh kata-kata. Bertolak dari pernyataan tersebut, album No Words ini seolah bermaksud mendobrak belenggu tekstual lewat olah bunyi dalam tujuh trek atraktif.

Figur Riza Arshad selaku musikus jazz garda depan memberi kontribusi signifikan pada bergulirnya diskursus jazz tanah air. Ia kerap merangkul generasi muda untuk berbagi dan berkreasi secara inklusif, alih-alih menggurui dengan otokratis. Contohnya pada album ini, ia duduk bersama Sri Hanuraga, Indrawan Tjhin, dan Sandy Winarta. Sedangkan nama W/H/A/T Quartet sendiri terambil dari inisial keempat personilnya; Winarta/Hanuraga/Arshad/Tjhin.

Nomor pertama “Diundang” merupakan invitasi kepada sebuah jam session ekstensif, dengan rentang waktu hampir sebelas menit. Diawali permainan unison kontrabas dan piano bersama sinkopasi drum, sepintas terasa seperti garapan musik Esbjörn Svensson Trio (EST). Setelah head (tema utama) dinyatakan, Riza berimprovisasi menggunakan synthesizer sembari mengolah skala Phyrgian dengan gertakan drum interlocking. Kemudian berlanjut menuju performa solo piano Aga dalam laju bebop, jemarinya berkeliaran di atas bilah hitam-putih dengan kecepatan tinggi. Fase ketiga (sehabis solo Riza dan Aga) ditandai lewat pengulangan head hingga berakhir dengan eksplorasi drum poliritmik oleh Sandy.

Sumber inspirasi bisa datang dari mana saja, termasuk video game. Simaklah “Spyros the Dragon” yang terilhami karakter protagonis sebuah permainan aksi berjudul serupa. Terdengar acuan gaya modal jazz pada bagian introduksi dengan melodi mengalir bebas. Semakin dinamis ketika Aga angkat bicara, frase-frase sulit dimainkan secara lugas dan pada beberapa bagian sayup terdengar ia beraksi sambil bergumam, ciri khas pianis klasik Glenn Gould dan pemain piano jazz Keith Jarrett.

Indrawan pun tak mau ketinggalan, petikan kontrabas bernuansa ballad dan melodius menjadi aksen pada komposisi “Say W/H/A/T “ yang sisanya beraroma bebop. Head yang relatif amikal hanyalah pengalihan atas maksud sesungguhnya di nomor “12 Another”. Mengejutkan, tensi berubah drastis dari alunan santai menjadi bunyi centang perenang! Keempatnya terlibat dalam pergulatan seru antar instrumen secara gila-gilaan, mengarah kepada terminologi free jazz besutan Ornette Coleman. Jika ingin merasakan atmosfer berbeda, bolehlah untuk memutar trek ini sebagai pengantar tidur ataupun musik latar pada candle light dinner. Resiko ditanggung pendengar.

Riza tampil intensif dalam “Minor Blues”, bunyi sintetis dari kibornya mirip seperti gitar yang menggunakan efek wah-wah pedal. Kontras dengan nomor lainnya, “Get Well Soon” terdengar manis lewat sajian ballad mengisyaratkan sepenggal rindu dan asa. Pendaran melodi cantik indah berdenting sekaligus berkesan menerawang. Trek penutup adalah “Hollow Hartland” yang naratif, bagai ingin menceritakan rasa sepi di tengah keramaian.

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker