Review

Oran Etkin – Kelenia

Album: Kelenia
Label: Motéma Music, 2009

01. Yekeke
02. Nina
03. Kelenia
04. Not a Waltz
05. Nama
06. Lacy
07. Brink
08. New Dwelling
09. It Don’t Mean a Thing
10. Damonzon
11. Kelenia Remembered

Oran Etkin - Kelenia
Oran Etkin - Kelenia

Predikat “klarinetis hebat” atau “improvisator top” yang didapuk, sebagus apapun terdengarnya, bukanlah penentu distingsi kreatifitas seorang Oran Etkin, dalam artian banyak pemain klarinet selain dirinya yang patut disebut demikian. Bagaimanapun, kualitas itu merupakan modal awal untuk meraih pencapaian artistik seperti apa yang ditampilkan Oran lewat album perdana bertajuk Kelenia ini.

Meleburkan batas-batas budaya, dalam hal ini musik dari aneka belahan dunia pun tradisinya yang kuat, adalah tantangan besar yang ingin dijawab oleh Oran. Melibatkan deret pemusik dengan preferensi bunyi masing-masing, Kelenia merupakan sebuah interaksi organik yang mengedepankan pluralisme, egaliter, ciptakan banyak kemungkinan baru secara kolaboratif.

Sang empunya album ialah musisi jazz tulen berikut spesifikasi klezmer serta musik Arab, membuka dialog terbuka dengan pemusik tradisi Mali antara lain Balla Kouyate, Makane Kouyate, Abdoulaye Diabate pula Joh Camara. Simak nomor pembuka “Yekeke” kental bernuansa Afrika Barat lewat denting balafon (semacam marimba) dimainkan Balla bercengkerama dengan hembus klarinet Oran pula aksi menembang Abdoulaye yang transenden.

Dengarkan juga title track “Kelenia” yang menari-nari, beat ostinatik balafon dan kraya atas “Lacy,”sebagai penyedia ruang interplay klarinet dan gitar Lionel Loueke, pula hembus saksofon tenor Oran yang bercakap dengan versatilitas balafon. Ada pula denyut “funk tribal” meliputi aksi bas klarinet serta harmoni disonan violin dan cello untuk komposisi “New Dwelling.”

Dekonstruksi “It Don’t Mean a Thing” milik Duke Ellington secara metrik birama dengan aksen ritmis interlocking hadirkan pengalaman bunyi yang menyegarkan sekaligus menggelitik pemahaman tentang bagaimana memainkan kembali sebuah nomor jazz standar. Bagi mereka yang punya pengalaman mendengar musik tradisi Jawa, Madura, ataupun Bali, akan mendapat kejutan waktu menyimak “Damonzon.”

Akhirnya perjumpaan ditutup oleh “Kelenia Remembered” berupa lapisan bunyi klarinet, klarinet bas, dan saksofon tenor yang sederhana dan singkat, namun efeknya sungguh melegakan. Lewat Kelenia inilah singularitas Oran Etkin terlihat jelas dan nyata, dengan kepekaan olah rasa dan daya cipta eksepsional alih-alih pamer kebolehan belaka.

Pemusik

Oran Etkin: klarinet, klarinet bas, saksofon tenor

Joe Sanders: bas (1, 3, 5, 7, 8, 9, 10)
Balla Kouyate: balafon
Makane Kouyate: calabash (1, 2, 3, 6, 7, 8, 9 ,10), vokal (5, 10)
Lionel Loueke: gitar (2, 4, 10)
Abdoulaye Diabate: vokal (1, 3)
John Benitez: bas (2, 4, 6)
Joh Camara: calabash, tama (4), djun-djun, djembe (10), kraya (5)
Jessie Marino: cello (7)
Sara Caswell: violin (7)

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker